Detail Cantuman

ABSTRAK
Ashartika , Luvia Isnaini. 2024. Penerapan Terapi Relaksasi Otot Progresif
Pada Penderita Hipertensi Dengan Gangguan Pola Tidur Di Wilayah
STIKES Kendedes Malang. Laporan Tugas Akhir STIKES Kendedes
Malang. Pembimbing I : Ns. Siti Kholifah, M.Kep. Pembimbing II :
Ns. Erwanto, M.Kep
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi masalah
kesehatan yang sangat serius saat ini dan merupakan penyebab utama stroke,
baik pada tekanan darah sistolik maupun diastolik. Angka kejadian hipertensi
sangat tinggi, terutama pada populasi lansia (Imelda dkk., 2020). Menurut
American Heart Association (AHA), jumlah penduduk Amerika berusia 20
tahun ke atas yang menderita hipertensi telah mencapai 74,5 juta jiwa, namun
hampir 90-95% kasus penyebabnya tidak diketahui. Hipertensi disebut sebagai
silent killer karena seringkali tidak bergejala, sehingga penderitanya tidak
menyadari kondisinya dan baru mengetahuinya setelah terjadi komplikasi.
Faktor risiko hipertensi yang umum diketahui meliputi usia, jenis kelamin,
tipe kepribadian, genetika, obesitas, olahraga, pola makan, gaya hidup, pola
tidur, dan stres (Ludyaningrum, 2016). Pola tidur merupakan faktor risiko
hipertensi. Pola tidur yang tidak memadai dan kualitas tidur yang buruk dapat
mengganggu keseimbangan fisiologis dan psikologis seseorang (Martini dkk.,
2018). Efisiensi tidur yang buruk diketahui dapat meningkatkan risiko
hipertensi, dan mengoptimalkan jam tidur dapat membantu mencegahnya
(Sabiq & Fitriany, 2016). Kementerian Kesehatan RI (2018) mengungkapkan
bahwa prevalensi penyakit tidak menular seperti hipertensi di Indonesia
meningkat pada tahun 2018 dibandingkan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013. Pada tahun 2013, prevalensi hipertensi meningkat dari
25,8% menjadi 34,1% pada tahun 2018. Prevalensi tekanan darah tinggi pada
perempuan (36,85%) lebih tinggi dibandingkan laki-laki (31,34%). (Riskesdas
2018) menyatakan bahwa prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran pada
penduduk usia ≥18 tahun adalah 34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan
(44,1%), sementara terendah di Papua (22,2%). Menurut (Kementerian
Kesehatan Indonesia, 2019), Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat
keenam dalam Riskesdas 2018 dengan prevalensi hipertensi sebesar 36,32%.
Hasil utama Riskesdas Provinsi Jawa Timur 2018, prevalensi
hipertensi sebesar 40% dan menduduki peringkat kesembilan. Berdasarkan
data Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, prevalensi hipertensi di Kabupaten
Jember pada tahun 2020 sebanyak 190.979 orang penderita hipertensi dari
741.739 orang lansia. Penderita hipertensi di Desa Kasiyan sebanyak 12,8%
(Dinas Kesehatan Jember, 2020). Data Unit Pelayanan Sosial (PSTW) Trisna
Werdha Jember tahun 2010 menunjukkan bahwa hipertensi menduduki
peringkat kedua dari 3 penyakit terbanyak di Unit Pelayanan Sosial Tresna
Werdha Jember (Cherli, 2018). Berdasarkan penelitian di Unit Pelayanan
Sosial Tresna Werdha Jember, rata-rata lansia yang menderita hipertensi
sebesar 55,8% (Cherli, 2018)